Kesederhanaan Muchlis Hadi: Tak Mampu Bayar Sekolah Sepakbola

Pada sebuah kampung di Desa Blimbingsari, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Muchlis Hadi Ning Syaifullah, strikerTimnas U-19, dibesarkan dari keluarga sederhana. Bahkan untuk bisa masuk Sekolah Sepak Bola (SSB) dengan kualitas bagus, keluarga kala itu tak mampu.

Sehingga anak pertama dari dua bersaudara pasangan Samsul Hadi dan Sulifah kelahiran, 26 Oktober 1996 ini terpaksa berlatih di bawah asuhan orang tuanya sendiri.
"Tidak semua bisa masuk SSB bagus. Termasuk anak saya karena memang mahal untuk ukuran kami," kata Samsul ditemui di rumahnya yang sederhana, Sabtu (12/10/2013).
Rumah yang berada persis di depan Balai Desa Blimbingsari itu berukuran tidak terlalu besar, juga tertempel stiker Jamkesmas atau Jaminan Kesehatan Masyarakat. Ini artinya, keluarga ini masih dalam kategori keluarga miskin.
Adalah Samsul Hadi yang menjadi kunci keberhasilan strikerberusia 17 tahun tersebut. Samsul adalah orangtua dengan jiwa bola yang melekat kuat. Maklum, Samsul tidak lain adalah mantanstopper klub Assyabaab Surabaya, satu angkatan dengan Mustakim dan Putut Wijanarko.
"Sejak SD saya sudah melihat bahwa anak saya memang punya talenta bola. Saya yakin saat itu anak saya bakal menjadi pemain jadi (pemain bola dengan skill tinggi). Karena tak mampu di SSB Surabaya atau Malang, saya didik sendiri di kampung," kata Samsul.
Post a Comment
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam akan Admin HAPUS.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
INGAT IP Anda terekam di Server yang Kami Rekam Di Blog Ini.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.
Link web tidak di bolehkan