Pilih dengan Tegas, Tabungan atau Asuransi
TubagusNews -Produk tabungan di perbankan semakin beragam ditawarkan. Setelah ramai menawarkan bonus hadiah langsung, produk tabungan di bank juga banyak yang dijual dengan bundel asuransi. Seberapa menguntungkan produk bundling seperti itu? Biasakan meneliti dan menghitung cermat sebelum membeli produk.
Memiliki rekening tabungan bank kini sudah menjadi kebutuhan primer seiring dengan peningkatan kebutuhan transaksi yang banyak memanfaatkan jasa perbankan. Dahulu kala, masyarakat mungkin hanya mengenal tabungan nasional alias tabanas. Kini, ada tabungan pendidikan, tabungan haji, tabungan berhadiah langsung mulai mobil hingga gadget mahal, juga tabungan yang dilengkapi dengan perlindungan atau asuransi jiwa, dan lain sebagainya.
Khusus untuk tabungan yang dilengkapi dengan asuransi jiwa, Anda mungkin sudah banyak menemui di berbagai bank. Di Bank Mandiri, misalnya, ada Tabungan Rencana Mandiri, lalu di CIMB Niaga ada Tabungan Mapan, lalu ada pula Tabungan Taka di OCBC NISP, dan lain sebagainya.
Kebanyakan bundel tabungan dan asuransi itu melindungi kelanjutan pembayaran setoran tabungan ketika si nasabah meninggal dunia. Alhasil, si ahli waris tetap mendapatkan tabungan sesuai target di awal kontrak, tanpa ada pemberian santunan uang pertanggungan.
Skema yang sedikit berbeda ditawarkan produk tabungan asuransi keluaran Bank BNI yang bekerjasama dengan Sunlife Financial, bernama Rencana Pintar. Bagian layanan konsumen Sun Life Financial yang dihubungi KONTAN, Selasa (20/8/2013), membeberkan, produk ini sebenarnya sudah lama ditawarkan. Namun, mulai tahun 2013 ini, target tabungannya dinaikkan dari semula Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta.
Target tabungan Rp 50 juta itu memiliki masa kontrak 17 tahun. Untuk mencapai nilai itu, nasabah harus menyetor Rp 334.000 per bulan selama 10 tahun. Jadi, total setoran nasabah selama kontrak adalah Rp 40,8 juta. “Setoran memakai sistem autodebet dengan rekening Bank BNI,” jelas customer service Sunlife.
Seperti tabungan berjangka, nasabah tidak bisa mengambilnya sewaktu-waktu. Tabungan baru bisa ditarik bertahap mulai tahun kelima dengan nilai yang ditentukan. Penarikan pertama pada tahun kelima senilai Rp 5 juta, lalu di tahun ke-11 sebesar Rp 7,5 juta, tahun ke-14 senilai Rp 12,5 juta, dan tahun ke-17 sebesar Rp 25 juta. Produk ini memiliki coverage asuransi jiwa bagi si nasabah selama masa kontrak.
Dus, jika di tengah masa kontrak si nasabah meninggal dunia, ahli waris berhak mendapatkan tabungan Rp 50 juta dan uang pertanggungan Rp 50 juta. Namun, jika selama masa kontrak tidak ada risiko jiwa, nasabah cuma berhak mendapatkan tabungan Rp 50 juta.
Jangan buru-buru
Pertanyaannya, seberapa menarik menempatkan dana di produk tabungan dengan fitur asuransi seperti itu? Diana Sandjaja, perencana keuangan MRE Consulting, menilai, produk besutan Sunlife dan Bank BNI itu boleh jadi menarik di mata mereka yang masih awam dengan produk investasi. “Terlebih, antara uang yang disisihkan lebih kecil dibandingkan pengembalian yang nanti diterima,” kata dia.
Namun, jangan terburu menubruk sebuah produk sebelum melihat lebih detail. Ada baiknya memperhatikan saran dari para perencana keuangan lebih dulu, berikut ini:
Lihat kebutuhan
Membeli produk keuangan atau investasi tidak berbeda dengan membeli barang biasa. Anda harus tahu persis produk seperti apa yang Anda butuhkan. Untuk mengetahui produk yang tepat, Anda perlu menentukan terlebih dulu tujuan keuangan dan menyiapkan perencanaan. Dengan mengetahui tujuan keuangan, Anda bisa lebih tepat menentukan instrumen atau produk seperti apa yang bisa membantu Anda mencapai tujuan tersebut.
Misalkan Anda butuh asuransi jiwa dengan nilai uang pertanggungan Rp 1 miliar. Menjadi salah alamat jika Anda malah membeli asuransi jiwa dengan uang pertanggungan Rp 50 juta hanya karena tergiur kemasan produk yang seolah menarik.
Pelajari produk
Sebelum memutuskan membeli sesuatu, pastikan Anda tahu apa yang Anda beli. Tabungan bank unggul dari sisi likuiditas atau kemudahan pencairan dana kendati bunganya kecil. Dus, produk tabungan dengan keterbatasan waktu penarikan jelas kurang menarik dipilih. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan Safir Senduk dan Rekan, menambahkan, tabungan juga tidak tepat dipilih jika Anda bertujuan mengembangkan dana. Pilihlah produk investasi, seperti reksadana, obligasi, atau saham.
Sebagai contoh, dengan menyisihkan Rp 334.000 per bulan di reksadana saham berimbal hasil rata-rata 20 persen per tahun selama 10 tahun, Anda berpeluang memperoleh dana Rp 127,7 juta! Itu pun tanpa ada pembatasan kapan Anda hendak mencairkannya.
Risiko reksadana saham memang lebih besar dibanding tabungan. Namun, dengan strategi diversifikasi risiko yang tepat, mengembangkan dana di produk investasi adalah langkah terbaik jika Anda ingin mendapatkan hasil sesuai tujuan keuangan.
Jangan malas
Setiap produk keuangan dan investasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak perlu bingung menghadapi tawaran produk nan bejibun. Syaratnya, Anda tidak boleh malas meluangkan waktu untuk belajar dan meriset produk yang ada di pasaran satu per satu.
Manfaatkan informasi yang melimpah di media untuk menambah pengetahuan finansial Anda. Untuk mengetahui kebutuhan asuransi jiwa atau dana investasi, Anda bisa memanfaatkan aplikasi penghitungan di laman institusi perencana keuangan atau perusahaan asuransi.
Dengan melakukan perhitungan seperti itu, Anda bisa lebih mampu melihat kelayakan sebuah produk untuk dipilih, dan perbandingannya dengan produk sejenis di pasar.
Singkat cerita, memilih produk keuangan atau investasi memang membutuhkan usaha khusus. Namun, demi kenyamanan finansial keluarga Anda, tidak ada lagi alasan untuk terus malas belajar, bukan?
Mayoritas kelas menengah memilih menempatkan simpanan di tabungan, menurut beberapa survei terbaru.
Keamanan jadi alasan.
Nyatanya, bunga tabungan yang kelewat kecil, bahkan lebih rendah dari inflasi, membuat tabungan punya sejumlah risiko.
Studi
Mark Plus di 2012 yang dimuat di buku “
Rising Middle Class in Indonesia“ karangan Taufik peneliti Mark Plus, membeberkan hampir 90% kelas menengah menempatkan simpanan di tabungan. Studi yang lebih baru di tahun 2013 oleh majalah Swa mengungkap hasil yang sama. Tabungan dimiliki oleh hampir 90% kelas menengah, sementara instrumen investasi lain, seperti reksadana, emas, obligasi dan saham, dimiliki tidak sampai separuh kelas menengah.
Menaruh di tabungan bukannya tidak perlu. Tabungan diperlukan untuk dana darurat atau kebutuhan sehari – hari. Tetapi, porsi tabungan bukan lah yang dominan. Instrumen investasi, seperti properti, reksadana, emas dan lain-lain, yang seharusnya dominan dalam portfolio simpanan.
Bunga tabungan saat ini tidak sampai 3% setahun. Lebih rendah dari
inflasi yang 5% setahun. Boro – boro memenuhi tujuan investasi, mengalahkan inflasi saja, tabungan sudah tidak sanggup. Padahal tujuan investasi, seperti pensiun, pendidikan, kesehatan, traveling dan lain – lain, nyaris tidak bisa dicapai hanya dengan keuntungan sebesar inflasi.
Kenapa ini terjadi di kelas menengah yang seharusnya paling paham soal keuangan. Kenapa mereka memilih menaruh di tabungan dibandingkan investasi yang lain?
Survei Mark Plus mengungkap kelas menengah memilih tabungan karena dipandang paling aman, ada jaminannya dari pemerintah. Meskipun, mereka sadar, bunga tabungan rendah. Risiko dipandang lebih penting dibandingkan keuntungan dalam berinvestasi. Keuntungan rela dikorbankan demi ketenangan atas risiko yang dianggap rendah.
Tabungan Pun Punya Risiko
Pemahaman bahwa menempatkan di tabungan itu aman, tanpa risiko, itu salah.
Keyakinan yang sungguh keliru.
Meskipun ada jaminan dari pemerintah melalui
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) atas tabungan di perbankan, ada risiko lain dari tabungan yang sering luput dari perhatian.
Pertama
akibat keuntungan/bunga tabungan yang rendah, tujuan dari investasi sangat mungkin menjadi tidak tercapai. Misalnya, biaya pendidikan yang diperkirakan naik sekitar 20% setahun di Indonesia tidak akan mungkin dikejar oleh tabungan yang hanya memberika bunga 3% setahun. Walaupun nilai uangnya aman, tetapi jika tabungan tidak bisa merealisasikan tujuan berinvestasi, untuk apa menempatkan dana disitu. Akibat, kenginan menghindari risiko, muncul risiko lain, yang justru lebih besar, yaitu gagalnya mencapai tujuan.
Kalau ingin mendapatkan keuntungan, maka harus berani mengambil risiko. Tidak mungkin untung tanpa adanya risiko. Pemahaman ini yang sepertinya hilang di kelas menengah. Makanya, keamanan di tabungan menjadi diagung-agungkan.
Kedua
hilangnya daya beli uang karena bunga dari tabungan tidak cukup mengimbangi kenaikkan harga barang yang lebih tinggi. Dulu saat bunga tabungan lumayan tinggi, menaruh di tabungan atau deposito masih mendapatkan imbalan yang lebih tinggi dari laju harga barang. Sekarang, tidak lagi. Turunnya bunga tabungan membuatnya lebih rendah dari inflasi. Nilai uang di tabungan merosot digerogoti kenaikkan harga barang.
Ketiga
akibat bunga rendah, jumlah dana yang harus disisihkan untuk ditempatkan di tabungan menjadi besar, supaya bisa tetap mengejar tujuan investasi. Seringkali, ini menjadi risiko sendiri, karena tidak mudah menyisihkan uang yang lebih besar setuap bulannya. Akibatnya, alih – alih ingin aman, jumlah dana yang ditabung tidak sesuai dari seharusnya, sehingga ujungnya tujuan jadi tidak tercapai.
Dari sini, sebaiknya kita lihat kembali komposisi kepemilikan aset dan investasi kita. Kalau sebagian besar masih di tabungan, segera kaji ulang dan lakukan perubahan, sebelum terlambat. Porsi simpanan yang terlalu besar di tabungan punya risiko.
Cara Investasi yang benar dan aman
INVESTASI vs TRADING
Anda harus membedakan terlebih dahulu kedua arti tersebut, karena saling bertolak belakang.
Investasi yaitu anda duduk diam dapat uang (pasif saja) , tetapi hasil yang diperoleh biasanya kurang signifikan (kalah dengan trading) dan tergantung kepada pengelola uang anda tersebut. Tetapi Investasi juga bisa aman dan untuk masa pensiun kelak jika memilih dengan benar dan tepat. Selain itu investasi juga dapat meningkatkan Capital Gain atau Pertumbuhan Modal.
Trading yaitu anda harus ikut aktif , tetapi hasil yang diperoleh bisa sangat besar ataupun justru merugi. Dan untuk Trading adalah tergantung kepada kemampuan anda sendiri.
Mengenai Trading, anda disarankan untuk menempatkan dana anda di perusahaan broker yang terpercaya dan memiliki
regulasi yang jelas dan aman. (Anda bisa membaca penjelasannya di halaman yang lain pada web kami yang membahas tentang broker)
Untuk Investasi, kami akan membahas di halaman ini, karena seringkali masyarakat sangat buta perihal investasi ini, dan akhirnya salah mengambil jalan dan ikut semacam Money Game, Arisan Berantai,
Saham Pre-IPO yang tidak jelas, dan HYIP yang ujung-ujungnya pasti akan hilang ataupun dibawa lari uangnya oleh pengelolanya.
HYIP, Money Game dan semacamnya pasti menawarkan Mimpi-Mimpi cara cepat menjadi kaya, padahal itu semua tidak logis dan berbohong. Karena kalau dia sendiri (si pengelola tersebut) bisa begitu, maka dia sudah kaya raya kan dan buat apa repot-repot berjualan atau mencari dana orang lain lagi, dan kenapa dia juga tidak pinjam uang saja di bank… yang dimana dia hanya perlu memberi imbal hasil yang kecil kepada bank kan.. (bunga bank paling max paling hanya 1% / perbulan, bahkan di luar negeri bunga bank dibawah 1% per bulan lo)
Contoh: HYIP memberi anda return 10% per bulan (bahkan ada yang lebih), padahal kalau dia si pengelola HYIP tsb meminjam uang di bank, dia cukup memberi ke banknya 1% per bulan bukan.. (hemat 9%) , nah kenapa dia tidak pinjam ke bank saja ?? KARENA, Bank tidak bisa dibohongi, jadi dia memperdaya orang-orang awam !
Nah oleh karena itu kita harus jeli dan berpikir tajam, jangan mau dibohongi oleh orang-orang yang tidak benar seperti itu lagi.
Mengenai cara investasi yang BENAR, ada berbagai macam, yaitu:
Properti, seperti membeli properti dan disewakan, ataupun membeli tanah untuk disimpan (untuk membeli property, perhatikan lokasinya !)
Beli emas, dan disimpan untuk jangka panjang. Atau melalui media online seperti info dari artikel blog kawan kita di
www.brokeremas.com
Kolektor produk-produk antik bernilai tinggi (lukisan, barang seni, dkk)
Franchise yang bisa pasif income, seperti Indomaret, Alfamart, Apotek K24, dll.
Bisnis (sebagai komisaris ataupun penyerta modal pasif saja), tetapi hati-hati ya karena bisnis juga banyak yang tidak benar pula. (Pelajari Sistem dan Laporan Keuangannya)
Berinvestasi langsung di saham-saham yang benar dan kredibel / bluechip
Reksadana Saham yang kompeten
Obligasi (bond) , diutamakan yang Obligasi Pemerintah agar lebih aman seperti ORI (Obligasi Republik Indonesia), ataupun Obligasi dari perusahaan swasta yang sudah solid seperti Astra.
SUN (Surat Utang Negara), Sukuk
Deposito di bank (jangan di rentenir ya), tapi deposito sangat kecil returnnya dan bisa habis termakan inflasi. (Tidak disarankan untuk Deposito !)
Pemilihan Unit Link secara tepat pada produk Asuransi